DZIKIR/ WIRID JAHR BA’DA SHOLAT
Oleh Al-Faqiir KH. Ahmad Ulinnuha Rozy
(Pengasuh Pondok Pesantren "Daarul Mukhlishiin" Temulus)
Mayoritas
ummat Islam Indonesia atau bahkan dunia adalah orang orang awam; Bukan
orang yang mapan tingkat ke-ilmu-an agamanya, bukan orang yang sudah ahli,
fasih dalam wirid dan dzikir, bahkan sebagian besar dari mereka masih banyak
yang belum bisa, belum hafal kalimat kalimat wirid/ dzikir yang di tentukan
atau di ajarkan oleh syari’at, inilah fakta, dan masih di tambah lagi ummat
Islam Indonesia bukanlah ummat Islam Arab; Bahasa sehari harinya bukan bahasa
arab. sementara Dzikir/ Wirid/ Do’a yang di ajarkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad
Saw, agar di baca dan di amalkan oleh seluruh Ummat Islam “lintas batas” adalah
berbahasa arab fasih, ini adalah realitas yang secara moral menjadi tanggung
jawab bersama untuk mencerdaskan ummat, dan Dzikir/ Wirid/ Do’a adalah Amaliyah
yang di syari’atkan.
Berdzikir, Berwirid dan Berdo’a jelas merupakan perintah langsung
dari Allah Swt, dan di teladani langsung oleh Rasulallah Muhammad Saw, di
tujukan kepada tiap-tiap pribadi muslim/ muslimah, bukan hanya usai sholat
tetapi setiap saat dan tempat, banyak ayat dan sunnah Nabi yang menegaskan
perintah itu.
Lalu, bagaimana teknis dan praktek pengamalannya oleh
ummat ?
Bagaimana agar perintah agama tersebut dapat dengan
mudah/lambat laun dapat di amalkan oleh setiap pemeluknya ?
Bagaimana agar kaum awam yang mayoritas ini dapat
menjalankannya ?
Apa dan bagaimana tanggung jawabnya orang yang sudah
bisa kepada saudaranya yang belum bisa ? Apakah Islam membiarkan “yang bisa
semakin pintar dan kaya amal, yang belum bisa semakin bodoh dan fakir amal” ?
Nah…Berangkat dari latar belakang, persoalan dan pemikiran
tersebut di atas itulah yang kemudian para Ulama’ menuntun dan membimbing
masyarakat dengan Kebersamaan/ Berjama’ah, dalam rangka memberdayakan ummat agar
semakin dekat pada agama dengan media Dzikir/ Wirid/ Do’a.
TINJAUAN FIQIH TENTANG
DZIKIR/WIRID/DO’A
Secara Fiqh, Praktek Dzikir itu ada dua macam :
1-Dzikir Sirri (Dzikir
tidak bersuara keras).
2-Dzikir Jahr (Dzikir
dengan suara keras).
Dua macam praktek berdzikir tersebut apa bila di
pandang dari segi efektifitasnya, masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahan, lebih jelasnya sebagai berikut :
- Kelebihan Dzikir Jahr : Mendorong giat dan semangat, menggetarkan dan membimbing hati untuk mengikuti dzikirnya lisan, mengusir bisikan dan godaan setan, mengandung unsur dakwah, membimbing/ menuntut orang lain dan lain sebagainya.
- Kelemahan Dzikir Jahr : Rentan dan rawan terjangkit penyakit riya’ (pamer), agak sulit berkonsentrasi/ khusyu’.
- Kelebihan Dzikir Sirri : Mudah mendapatkan kekhusyu’an, lebih mudah terhindar dari sifat Riya’ (pamer), dan lain sebagainya.
- Kelemahan Dzikir Sirri : Mudah malas, tidak ada media yang menuntun hati, mudah mendapatkan bisikan setan, tidak mendapatkan fadhilahnya membimbing orang lain dan lain sebagainya.
Wal-hasil, Ruhnya dzikir adalah kekhusyu’an, dan untuk mencapai derajat khusyu’ dalam berdzikir tentu membutuhkan proses perjuangan spiritual yang panjang, dalam arti tidak dapat di capai dengan serta merta, dan proses menuju kesana masing-masing orang berbeda dalam hal cara, faktor kesungguhan hati dan Hidayah Allah sangat menentukan keberhasilan mencapai derajat dzikir tersebut, Al-Imam Al-Allamah Jalaluddin Assuyuthi menjelaskan dengan gamblang/ jelas dan bijak dalam kitab karyanya; Al-Haawi Lil-Fataawi, Juz 2, Halaman 129
WIRID/DZIKIR SESUDAH SHOLAT
Adalah “Aswaja” yang memiliki tradisi kuat
dalam hal wiridan sesudah sholat (terutama
sholat maktuubah) secara berjama’ah (bersama sama, terpimpin) dan tentu
membacanya dengan keras, Apakah ada dalilnya,? Inilah Hadits Riwayat dari
sahabat Ibnu Abbas yang di terangkan dalam kitab Irsyaadul Mu’miniin,Halaman
17 :
“Sahabat
Ibnu Abbas berkata; Sesungguhnya mengeraskan suara bacaan dzikir sesudah Sholat
Fardhu adalah ada dan di laksanakan pada masa hidupnya Rasulallah, kemudian
Ibnu Abbas menambahkan berkata; saya mengetahui hal itu ketika para sahabat
selesai melaksanakan Sholat Maktubah”.
Adapun
tentang bacaan-bacaan Wirid/ Dzikir sesudah sholat, banyak sekali hadits Nabi
yang isinya menjelaskan rangkaian dzikir-dzikir sesudah sholat, bahkan di
tegaskan oleh beliau, bahwa salah satu dari waktu yang mustajab untuk memohon
kepada Allah adalah waktu sesudah sholat, oleh karena terbatasnya media, tidak
mungkin dalil-dalil masalah ini di tuliskan di sini, silahkan di baca dan di
lihat pada kitab-kitab fiqih atau kitab Shohih Muslim, Nomor Hadits 932.
Kitab Sunan Annasaa’i, Nomor Hadits 124, dan Kitab Sunan Abi
Dawud, Nomor Hadits 1286.
Kesimpulannya
adalah, bahwa berdzikir sesudah Sholat itu amat sangat di anjurkan oleh agama,
dzikir usai sholat dapat menutup kekurangan kekurangan di dalam sholat.
Maka,
sangat di sayangkan apabila waktu yang di istimewakan oleh Allah ini di biarkan
berlalu tanpa faidah, apalagi bila di tambah perkataan yang tidak baik kepada
orang-orang yang gemar berdzikir...!
"Wah..itu
Na’uudzu Billah, semoga mereka di berikan petunjuk dan kesadaran oleh Allah
untuk kembali ke jalan yang benar." Amiin.


Komentar
Posting Komentar